Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

PAPER MENGENAI APAR


PAPER
MEDIA ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)
Diajukan sebagai syarat kelulusan pada jurusan Fire and Safety
Diploma 1
akamigas-balongan
oleh
Dwi Priyo Ariyono
NIM. 08020033 

PROGRAM STUDI FIRE AND SAFETY
AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN 
INDRAMAYU
2010

ABSTRAK

Menurut Per Men Depnaker No.04/Men/1980, tentang syarat-syarat dan pemeliharaan APAR, bahwa APAR adalah alat yang ringan serta mudah dilayani satu orang untuk memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran, media Alat pemadam Api Ringan (APAR) untuk memadamkan kebakaran awal terbukti banyak manfaatnya.

Kelas  kebakaran sebagai berikut :
• Kelas A : Bahan Padat bukan logam
• Kelas B : Bahan Cair atau Gas mudah terbakar
• Kelas C : Instalasi Listrik Bertegangan 
• Kelas D : Logam

Media APAR dapat digunakan dengan efektif jika siap dalam jumlah yang cukup kepastian memadai dan dioperasikan / digunakan oleh tenaga terlatih  / mampu pada saat digunakan dengan baik agar apar yang di gunakan dapat semaksimal mungkin memadamkan api  dengan tepat. Media APAR terdiri atas Air (Water), Carbon Dioksida (C02), Busa (Foam), Tepung Kering (Dry Powder), Kimia Kering (Dry Chemical), dan Halon (Halongenated agent).

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT senantiasa penyusun panjatkan atas segala rahmat dan kasih sayang-Nya, sehingga tugas pembuatan paper ini dapat terselesaikan dengan baik.

Paper yang berjudul “Media Alat Pemadam Api Ringan (APAR)” ini disusun dalam rangka memenuhi tugas akhir dari Diploma I (satu). Atas tersusunnya paper ini, tidak lupa penyusun sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 
1. Ibu Ir. Hj. Hanifah Handayani selaku Direktur Akamigas Balongan.
2. Rina Akromatul Azizah, SKM, selaku Sekertaris Jurusan Fire and Safety.
3. Mardi Mulyanto, A.Md., selaku Dosen Pembimbing.
4. Teman-teman yang telah mendukung atas suksesnya saya ucapkan Terima Kasih (Keluarga Besar Fire and Safety).

Atas jasa baik tersebut penyusun hanya bisa berdo’a semoga Allah SWT berkenan menerima sebagai amal baik disisinya. Amin.

Dalam menyelesaikan paper ini, penyusun telah berupaya semaksimal mungkin untuk menghindari kesalahan, oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca sangat kami butuhkan, demi perbaikan penyusunan paper lebih lanjut. Semoga tulisan ini membawa manfaat. 
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang.
Kebakaran adalah Api yang tak terkendalikan karena kebakaran dapat merugikan harta benda, materi, maupun nyawa. Maka dari itu kebakaran tidak dapat dihentikan tetapi kita dapat meminimalisir kebakaran. 

Menurut Per Men Depnaker No.04/Men/1980, tentang syarat-syarat dan pemeliharaan APAR, bahwa APAR adalah alat yang ringan serta mudah dilayani satu orang untuk memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran. Oleh karena itu, NFPA menentukan bahwa APAR harus tetap disediakan untuk memadamkan awal. 

1.2 Tema
Tema yang diangkat pada paper kali ini adalah Media Alat Pemadam Api Ringan (APAR).

1.3 Pembatasan masalah
Untuk membatasi penjelasan supaya tidak meluas, penulis membatasi permasalahan hanya pada Media Alat Pemadam Api Ringan (APAR) beserta penggunaan dan ketentuannya.

1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum 
1. Untuk memenuhi tugas paper sebagai syarat akhir Diploma 1.
2. Untuk mengetahui Media Pemadam Api Ringan (APAR).

1.4.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui  Media apa saja yang digunakan pada APAR.
2. Untuk mengetahui Keuntungan dan Kerugian masing-masing Media APAR.
3. Untuk mengetahui Media APAR yang tepat dalam mengatasi kebakaran.

1.5 Manfaat

1.5.1 Bagi Mahasiswa
1. Dapat mengetahui macam – macam Media Alat Pemadam Api Ringan (APAR) sehubungan dengan tema yang diambil.
2. Mendapat pengetahuan dan keterampilan yang lebih aplikatif dalam bidang pencegahan dan penanggulangan kebakaran migas.

1.5.2 Bagi Kampus
1. Memperbaharui kurikulum berdasarkan kebutuhan   materi kampus untuk dilapangan.
2. Meningkatkan kompetensi mahasiswa.

1.6 Sistematika Penulisan

Penulisan materi kertas paper berdasarkan pedoman yang telah ditetapkan oleh Akamigas Balongan. Berdasarkan pedoman tersebut, materi pembahasan disusun secara sistematis dan bagian – bagian yang dibahas saling berkaitan dan menunjang, adapun susunannya adalah sebagai berikut :

1. BAB I Pendahuluan, Latar belakang, Tema, Pembatasan masalah, Tujuan, Manfaat, Sistematika Penulisan.
2. BAB II Dasar Teori, pengertian umum APAR, Pembagian APAR, Kemampuan yang dimiliki (Dinyatakan Dalam Rating), Pemilihan APAR, Penyebaran APAR, Pemeriksaan dan Pemeliharaan APAR, Pemilihan Media untuk Rumah Tempat Tinggal, Teknik Penggunaan APAR.
3. BAB III Metodologi, Studi Literature, Penyusunan Paper.
4. BAB IV Pembahasan, Media APAR, Keuntungan dan Kerugian Media APAR, Apllikasi Keefektifan Media Pemadam Kebakaran.
5. BAB V Penutup, Kesimpulan, Saran.
6. DAFTAR PUSTAKA.
7. Lampiran.


BAB II
DASAR TEORI

2.1. Pengertian umum APAR
APAR adalah alat pemadam api berbentuk tabung berisi bahan kimia yang ringan di jinjing atau mudah di bawa dan mudah di operasikan oleh satu orang ber ukuran 0,5 – 16 kg.  

Menurut Per. Men. Depnaker No.04/MEN/1980, tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan APAR, bahwa APAR adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran.

Menurut NFPA (National Fire Protection association) APAR adalah suatu peralatan yang berisi tepung, cairan atau gas yang dapat di semprotkan bertekanan, untuk tujuan memadamkan kebakaran.

2.1.1 Dasar Hukum 
1.  Per men No. 04 / MEN / 1980 ; Bab 1 Pasal 1
2.  NFPA 10,1986
2.1.2 Ciri-ciri yang dimiliki APAR yaitu :
1. Ringan
2.  Berisi media pemadam
3.  Mempunyai tenaga pendorong
4.  Digunakan untuk memadamkan kebakaran tingkat awal
5.  Dapat dilayani / dioperasikan oleh satu orang

Ditinjau dari beratnya jenis APAR dibagi dalam 2 kelompok, yaitu : 
 APAR Biasa (Hand Portable Fire Extinguisher) berat total tidak lebih dari 55 lbs sehingga dapat diangkat dengan mudah.
 APAR Beroda (Wheeled Fire Extinguisher) berat lebih besar dari 5 lbs sehingga dilengkapi dengan roda untuk memindahkannya.

2.2 Pembagian APAR
APAR dapat di bagi berdasarkan beberapa hal, yaitu :
2.2.1 Kelas Kebakaran
2.2.1.1 Klasifikasi NFPA (Amerika Serikat)
NFPA (National Fire Protection Association) adalah suatu lembaga khusus yang menangani bidang penangulangan bahaya kebakaran di Amerika Serikat.
1. Kelas A untuk kebakaran bahan padat bukan logam (Ordinary Combustible Matarials).
2. Kelas B untuk kebakaran bahan cair atau gas (Flammable Liquids).
3. Kelas C untuk kebakaran instalasi listrik bertegangan (Eneraized Elektrical Equipment).
4. Kelas D untuk kebakaran logam (Metal).

2.2.1.2 Klasifikasi Indonesia
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per 04/MEN/1980, tanggal 14 April 1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan, Klasifikasi Indonesia ternyata sesuai atau mirip dengan klasifikasi NFPA sebagai berikut :
1. Kelas A Bahan Padat bukan logam
2. Kelas B Bahan Cair atau Gas mudah terbakar
3. Kelas C Instalasi Listrik Bertegangan 
4. Kelas D Logam

2.2.2  Media Pemadam Dalam Alat Pemadam Api Ringan  (APAR)
Media pemadam yang digunakan dalam APAR ada bermacam-macam misalnya : Air (Water), Busa (Foam), Carbon Dioksida (CO2), Halon (Halongenated Agent), Kimia Kering (Dry Chemical) dan Tepung Kering (Dry Powder). Penyelesaian lengkap tentang sifat-sifat media ini dapat dibaca diktat tentang “Media Alat Pemadam Api Ringan (APAR)”.

Ada perbedaan – perbedaan penggunaan istilah Dry Chemical dan Dry Powder.
1. Inggris Menggunakan  Dry Chemical baik untuk tepung serbaguna (Kelas A, B, C) maupun untuk media pemadam kebakaran logam (Kelas D).
2. Amerika membedakannya :
a) Dry Chemical khusus untuk kebakaran A, B, dan C.
b) Dry Powder khusus untuk kebakaran logam.

2.2.3 Sistem Pendorong Pada Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Tenaga untuk menyemprotkan media yang ada dalam APAR dapat diperoleh dengan beberapa cara, yaitu :
1. Swa – Cipta (Selft – Generating), dimana gas pendorong didapat sebagai hasil reaksi antara 2 zat yang ada dalam media pemadam itu sendiri, sewaktu ini digunakan.
2. Swa – pancar (Self – in), dimana tekanan dorong diperoleh dari uap pemadam itu sendiri (tekanan  uapnya cukup tinggi pada temperature kamar).
3. Tabung – Gas (Gas – Catridge), dimana gas pendorong disimpan dalam tabung kecil tersendiri (terpisah dari medianya). Pada saat digunakan, gas ini dikeluarkan dari tabung dan akan memberikan tekanan terhadap media pemadam, sahingga dapat menyemprot kluar.
4. Tekanan – Tersimpan (Stored – Pressure), dimana gas pendorong di simpan pada tempat yang sama dengan media pemadam dalam APAR tersebut.
5. Pompa – Mekanik (Mechanically – Pumped), dimana tekanan dorong diperoleh dengan menggunakan pompa mekanik yang digerakan oleh operator pemadam.

Dari lima cara untuk menyemprotkan media yang ada di dalam APAR yang paling praktis dan efisien adalah Gas – Catridge karena mudah di inspeksi dan tabung gas pendorong terpisah dengan tabung utama, jadi bias dilihat Catridgenya dan medianya (Powdernya) tanpa menghilangkan tekanan.

2.2.4 Macam Konstruksi 
a. Air jenis tanki pompa (Pump Tank Water Extinguisher) dibagi dalam :
- Jenis gendong (Back Pack)
- Jenis jinjing (Stirrup Pump Tank)
b. Air Jenis tekanan tersimpan (Stored Pressurized Water & Extinguisher)
c. Air Jenis tabung gas (Gas Cartidge / Catridge Operated Water Extinguisher)
d. Busa Kimia dengan system pendorong Swa cipta atau Self generating, dibagi beberapa jenis :
- Jenis balik biasa (Over Turning)
- Jenis berkerangan (Valve)
- Jenis sekat pecah (Breakable Seal)
e. Busa mekanik dengan system pendorong :
- Tekanan tersimpan (Stored Pressure)
- Tabung gas (Gas Cartidge)
f. CO2 dengan system pendorong Swa pancar (Self Expelling)
g. Halon dengan system pendorong tekanan tersimpan (Stored Pressure)
h. Tepung Kimia dengan system pendorong :
- Tekanan tersimpan
- Tabung gas (Gas Cartridge)

2.3 Kemampuan yang dimiliki (dinyatakan dalam rating)
Kemampuan pemadaman APAR dinyatakan berdasarkan klasifikasi yang dimiliki, dinyatakan dengan symbol “ huruf “ dan rating yang dimiliki dinyatakan dengan symbol “ bilangan ”.
Contoh : 40 – A : 
Angka 40 : Bilangan untuk menyatakan rating APAR
Huruf   A  : Huruf yang menyatakan klasifikasi APAR

2.3.1 Rating Kelas A  
Rating kelas A bervariasi mulai 1 – A sampai 40 – A. APAR yang berisi air :
1 – 1,25 gallon diberi rating 1 – A dan mampu memadamkan kebakaran kelas A dengan ukuran tertentu. APAR yang memiliki rating 2 – A akan berisi media pemadam yang setara dengan air 2,5 galon dan mampu memadamkan dua kali APAR rating 1 – A pada kelas yang sama.

2.3.2 Rating Kelas B
Rating kelas B ditentukan berdasarkan luas kebakaran B yang mampu dipadamkan oleh seseorang yang belum ahli dalam Ft2 misalnya 40 – B. angka 40 menyatakan luas yang dapat dipadamkan oleh orang belum terampil seluas 40 Ft2, sedangkan orang yang belum ahli dianggap berkemampuan 40% dari yang sudah ahli.

2.3.3 Rating Kelas C
Rating kelas C diberikan dalam kaitan dengan rating yang telah di tentukan untuk kelas A dan kelas B, hanya media pemadam tersebut harus di uji sifat penghantar listriknya pengujian ini di lakukan dengan cara Nozzle APAR di tempatkan pada jarak 10” pada suatu instalasi yang mempunyai tegangan 100.000 V, 60 cycle dan di semprotkan selama 20 detik. Pada test ini di hantarkan listrik harus menunjukan angka nol.

2.3.4 Rating Kelas D
Seperti kelas C, APAR untuk kelas D juga tidak atau belum mempunyai standar rating. Hanya pemadam harus mampu memadamkan kebakaran logam dan logam yang terbakar tidak tersebar selama proses pemadaman berlangsung.

2.4. Pemilihan Apar
Pemilihan APAR berdasarkan sifat kebakaran dan kelas kebakaran yang terjadi.
 APAR harus dipilih sesuai dengan kelas kebakaran yang akan dipadamkan.
 APAR untuk melindungi kebakaran kelas A dapat dipilih dari tipe antara lain : air, asam, soda, busa, AFFF, tepung kimia serba guna.
 APAR untuk melindungi bahaya kebakaran kelas B dapat dipilih antara lain : busa, AFFF, C02 dan tepung kering.
 APAR untuk melindungi bahaya kebakaran kelas C dapat dipilih dari tipe CO2 tepung kimia.
 APAR untuk melindungi kelas kebakaran kelas D dapat dipilih dari tipe khusus untuk memadamkan logam seperti Dry Chemical Purple K.

Menurut NFPA dalam setiap bangunan harus diadakan jenis APAR kelas A, karena pasti ada bahan bakar kelas A di bangunan tersebut, sedangkan tambahan sesuai dengan keadaan setempat, missal : di Generator set perlu ditambah Dry Powder dan CO2.

2.5. Penyebaran APAR
APAR harus ditempatkan dan dipasang dengan syarat sebagai berikut :
 Mudah dilihat
 Cepat / mudah diambil dan digunakan
 Dekat dengan pintu masuk dan pintu keluar
 Bebas dari lingkungan fisik yang bisa merubah APAR
 Tidak memungkinkan si pemakai terjebak bila terjadi kebakaran

2.5.1 Menurut NFPA
Apar tidak boleh ditempatkan langsung di lantai tetapi harus digantung dengan ketentuan sebagai berikut :
 Untuk APAR yang berat botolnya tidak lebih 40 lbs (18,14 kg), agar digantung dengan ketinggian dari lantai melebihi 5 ft (diukur dari bagian atas APAR).
 Untuk APAR yang berat botolnya melebihi 40 lbs (tidak termasuk yang beroda), agar digantung dengan ketinggian dari lantai tidak melebihi 3,5 ft (diukur dari bagian atas APAR).
 Sekiranya APAR tersebut hendak direndahkan lagi, agar diperhatikan bagian bawah APAR dengan lantai tidak kurang dari 4” (10,16 cm).
Apabila APAR tersebut ditempatkan pada tempat yang bergerak/bergetar seperti kereta api, mobil dan lain-lain, agar APAR tersebut diikat dengan kuat.

2.5.2  Menurut Per Men Depnaker No.04/Men/1980
Persyaratan penempatan APAR menurut Depnaker pada prinsipnya hampir sama dengan NFPA, hanya berbeda dengan ketinggian dan batas bagian bawah APAR dengan lantai. Depnaker mensyaratkan agar APAR digantung dengan ketinggian maximum 120 cm dari lantai diukur dari bagian atas APAR, minimal APAR ditempatkan pada ketinggian 15 cm, jarak antara satu APAR atau satu grup APAR dengan yang lain tidak boleh melebihi 15 meter.
2.5.3  Prinsip Penempatan APAR
Secara umum penempatan APAR, harus memiliki sifat :
a. Penyebarannya  merata dan sedapat mungkin homogeny, seperti  misalnya  pada gedung bertingkat, APAR diletakan
 Pada posisi yang sama disetiap lantai
 Pada sudut-sudut gang
 Dekat pintu tangga darurat / tangga biasa
b. Mudah dilihat dan dijangkau (diambil) oleh karena itu peletakan APAR harus :
 Relatif bebas dari penghalang (tumpukan barang), dan diberi tanda serta tanda yang mencolok.
 Pemasangan disesuaikan dengan berat APAR. Menurut NFPA 10, 1981.
 Tidak terlalu jauh dari daerah yang dilindungi, tetapi tidak pula terlalu dekat. Misalnya dirumah diletakan 10 ft (3 m) dari kompor atau dari daerah yang rawan terbakar dan dekat pintu keluar.
c. Ditempatkan dekat jalur yang normal dekat pintu keluar atau dekat dengan pintu penyelamat (Exit Door).
d. Bebas dari kemungkinan kerusakan karena lingkungan fisik (temperature) atau kerusakan mekanis (benturan) benda lain.

2.5.4. Pemasangan APAR
Menurut peraturan Depnaker
a. Pasal 6 (1) : setiap APAR dipasang / ditempatkan menggantung pada dinding dengan penguat sekang / konstruksi penguat lainnya atau ditempatkan pada lemari atau peti (box) yang tidak dikunci.
b. Pasal 6 (2) Lemari / box dapat juga dikunci untuk pengaman (safety glass) dengan tebal maksimum 2 mm dan ukuran kaca yang memungkinkan APAR dapat diambil dengan mudah.
c. Pasal 7 : konstruksi penguat tersebut tidak boleh dikunci / digembok / diikat mati. 

Dengan demikian APAR dapat dipasang / diletakan pada :
 Dinding
 Tiang Bangunan
 Lemari APAR (Fire Box)
 Mobil pemdam / mobil penumpang biasa

Pemasangan dilakukan menggunakan :
 Pengantung (hanger)
 Sabuk Plat (bracket)
 Diletakan dalam lemari APAR (Fire Box)

Untuk pemasangan dinding dan tiang bangunan harus diberi tanda yang jelas sebagai petunjuk sebagai letaknya APAR tersebut.

Pemasangan dimobil harus diperhitungkan kerusakan akibat benturan, sedang untuk APAR berada harus diperhitungkan lebar lorong yang dilalui.

2.6. Pemeriksaan dan Pemeliharaan APAR
Untuk menjaga keadaan dan mengetahui kelayakan agar selalu siap pakai harus dilakukan pemeriksaan secara periodik terhadap APAR yang ditempatkan, sesuai dengan peraturan Menteri tenaga kerja dan Transmigrasi No.Per 04/Men/1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan APAR, pemeriksaan APAR harus dilakukan minimal 6 bulan sekali.

Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pemeriksaan, adalah sebagai berikut :
 Potensi bahaya kebakaran (High, Ordinary, Low Hazard). Makin tinggi bahaya potensi kebakaran seharusnya semakin sering frekwensi pemeriksaan.
 Jenis media gas dengan media padat berbeda dalam waktu / frekwensi periksaanya, mengingat media padat lebih dapat dipengaruhi cuaca.
 Kondisi tempat / lokasi penempatan tempat / lokasi penempatan APAR perlu mendapat perhatian yang serius mengingat dapat mempengaruhi media pemadam atau alat itu sendiri, seperti cuaca (lembab, kering), temperature (panas, dingin).
 Tingkat kerawanan lokasi yang dimaksud tingkat kerawanan disini adalah gangguan orang / peralatan lain terhadap APAR.

Pemeriksaan APAR adalah meliputi :
 Pemeriksaan secara fisik pada sistem tabung seperti : tabung, selang, valve, dsb.
 Pemeriksaan terhadap media pemadam kebakaran yang berada didalam tabung untuk meyakinkan apakah terdapat perubahan secara fisik.
 Pemeriksaan penempatan, untuk meyakinkan apakah penempatan APAR masih pada tempat semula.
 Pemeriksaan tenaga pendorong untuk meyakinkan apa tekanan pada tenaga pendorong masih optimal.
 Tanggal, bulan dan tahun pemeriksaan dan jadwal pemeriksaan yang akan datang harus dilengkapi dengan label pemeriksaan.

2.7. Pemilihan Media APAR untuk rumah tempat tinggal.
Bahaya kebakaran yang dominan terjadi pada rumah tempat tinggal, antara lain :
1. Kelas A : Kayu, kertas, plastik, kain, dll.
2. Kelas B : Kerosene,  bensin, cat, gas LPG, minyak, dll.
3. Kelas C : Sambungan listrik yang salah / short (kotak sekring)
Kabel listrik lecet, alat-alat elektronik, dll.

Berdasarkan fakta-fakta tersebut diatas, jenis kebakaran dapat ditentukan. Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk memilih APAR, yaitu :
a. Menyediakan satu jenis APAR dari tipe yang serbaguna.
b. Menyediakan beberapa jenis APAR sesuai dengan daerah yang dilindungi berdasarkan kelas kebakaran, misalnya di area dapur, kelas dan ruang belajar, APAR kelas A.

2.8. Teknik Penggunaan APAR
Teknik Penggunaan APAR yaitu P-A-S-S :
 Pull  : Tarik atau cabut pin pengaman APAR
 Aim : Arahkan nozzle atau selang ke api
 Squeeze : Tekan handle dari APAR
 Sweep : Kibas-kibas arah semprotan ke api

1. Petunjuk umum penggunaan  APAR
 Lakukan segera dan jangan panik
 APAR harus sesuai dengan jenis / kelas kebakaran 
 Pemadaman harus dari atas angin 
 Perhitungan jarak pemadaman, manfaatkan jangkauan semprot alat pemadam tersebut
 Pancaran semprot jangan terputus-putus
 Disemprotkan pada permukaan api 
 Bila api diperkirakan sudah padam, mundur beberapa langkah sambil memeriksa apakah api benar-benar sudah padam.

2. Langkah penggunaan APAR
 Ambil APAR dari tempatnya
 Lepas segel pengunci

3. Coba / test fungsi alat dengan cara :
 Tekan tuas (Tuas pengaktif)
 Semprotkan ke atas (Luar api)
 Bawa ke tempat kebakaran, atau jarak penyemprotan jangan terlalu dekat, tetap berada diatas angin.
 Semprotkan media merata (dengan cara mengibaskan) ke permukaan api, mulai dari pangkal sampai ke ujung api.
 Apabila gagal ulangi dari awal (Pangkal api) khususnya untuk kebakaran minyak pada bak.
 Bila diperkirakan api telah padam bebrapa langkah sambil memeriksa : kemungkinan terbakar kembali (Flash back). Apabila yakin telah padam baru berbalik jalan ke depan.


BAB III
METODOLOGI

3.1 Studi Literature
Studi Literature adalah penulis mempelajari buku - buku yang ada kaitannya dengan tema bahasan. Studi Literature yang didapat membahas tentang Media Alat Pemadam Api Ringan (APAR), jenis Media dan Teknik - Teknik penggunannya sesuai dengan arahan pembimbing yang berpengalaman dibidangnya.

3.2 Penyusunan Paper
Penyusunan Paper ini berdasarkan prosedur teknik penyusunan dan penulisan paper yang diterbitkan oleh Akamigas Balongan Indramayu tahun 2010.

BAB IV
PEMBAHASAN

3.1 Media Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Media alat Pemadam Api Ringan (APAR) Adalah Benda atau Alat Untuk Memadamkan Kebakaran  dapat  dioperasikan  oleh satu orang untuk pemadaman  kebakaran sebatas volume api kecil. 

3.1.1 Air (Water)
Air merupakan media yang sangat dominan dalam proses pemadaman kebakaran. Hal ini disebabkan karena air mempunyai sifat dan karateristik tertentu yang sangat dibutuhkan dalam proses pemadaman seperti untuk pendinginan (Cooling), penyelimutan (smothering), pelarutan (diluting), tidak beracun, banyak tersedia, relatif murah dan lain sebagainya. 

Dalam pemadaman kebakaran tangki, air sangat dibutuhkan untuk mendinginkan peralatan-peralatan, struktur tangki, dinding tangki yang terbakar maupun mendinginkan tangki-tangki serta peralatan yang ada disekitarnya. Jadi dengan kata lain, untuk kebakaran tangki, air sangat effetif digunakan untuk pendingin dan mengendalikan kebakaran tetapi bukan untuk memadamkan. Untuk proses pemadaman kebakaran tangki bahan bakar minyak sendiri, media pemadam yang paling effektif adalah foam, dimana air adalah merupakan bahan baku utamanya.

Mengapa air merupakan media pemadam yang sangat penting ?
Air merupakan media yang paling effektif karena terdapat 2 (dua) mekanisme pemadaman yang terjadi.
Pertama, adalah proses pendinginan yaitu proses penyerapan panas dari sumber panas (heat of ignition). Dalam perubahannya dari wujud cair menjadi uap (steam), air mampu menyerap 1.190 Btu / lb air.

Kedua, dalam proses transisi dari air menjadi steam, terjadi pengembangan volume (expantion) sebesar 1700 kali, dengan arti lain bahwa 1 ft3 air dapat menjadi 1700 ft3 steam. Dari hasil proses dilusi (penyerapan/pengeceran) udara oleh steam menghasilkan proses penggantian molekul oksigen dengan molekul air. Hal ini secara effektif mengurangi jumlah oksigen yang digunakan untuk pembakaran.
- Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan air sebagai media pemadam adalah :
- Sumber air, sistem distribusi dan peralatan yang digunakan.
- Flow (density, lpm / m²) dan tekanan air yang dibutuhkan.
- Bahan yang terbakar (klasifikasi kebakaran).
- Kehandalan sistem distribusi.
- Keefektifan Media APAR Air (Water) :

Memiliki 2 jenis : 
a. Pump - type à pakai pompa
b. Pressurized type ext. à pakai tekanan udara (umum digunakan)
Kapasitas : 2.5 gallon (9,5 liter)
Cocok digunakan untuk kebakaran kelas A
Waktu discharge : 60 detik (1 menit)
Tekanan : 100 psi atau 690 Pa
  (1 psi = 6,9 Pa)
Kuat pancaran : 30 ft (9,2 m)
Jenis khusus à water-mist extinguisher à untuk kelas A & C
Tersedia dalam ukuran 1.75 gallon (6,6 l) dan 2.5 gallon (9,5 l) Kuat pancaran : 3,0 – 3,7 m (10 – 12 ft) Durasi : 72 – 80 detik

3.1.2 Carbon Dioksida (CO2)
Media ini telah sejak lama digunakan untuk keperluan memadamkan kebakaran cairan flammable, gas flammable, peralatan listrik dan kebakaran klas A (untuk padatan). Namun secara praktis keterbatasan media ini adalah dari aspek metode pelaksanaannya dan kapasitasnya yang sangat terbatas.

Keunggulan dari media ini adalah termasuk substansi yang tidak terbakar (non-flammable) dan berfungsi sebagai media penetrasi serta pemisah oksigen dari bahan yang terbakar. Media ini juga mempunyai sifat tidak menghantarkan arus listrik serta tidak meninggalkan residu (bersih).

Ditinjau dari segi toksisitas, CO2 mempunyai nilai ambang batas terhadap manusia yang tinggi atau dengan kata lain cukup aman bagi manusia.

Adapun prinsip pemadaman dengan media CO2 ini adalah dengan sistem Penyelimutan (Smothering) dan Pendinginan (Cooling). 

Keterbatasan dari media ini adalah antara lain, (1) Kapasitas pendinginan yang kecil (kelas A Fire), (2) Kemampuan yang terbatas untuk di area terbuka, (3) Waktu pemadaman yang relatif lama karena media ini hanya effektif di bagian permukaan bahan yang terbakar.

Metode applikasi pemadaman dengan media ini dapat dilakukan dengan sistem, (1) Total Flooding, (2) Local Application,

Keefektifan Media APAR Carbon Dioksida (CO2)
Extended Discharge dengan slow rate, Hand hose handline, Mobile supply dan Hand Fire Extinguisher.
Mengandung CO2 yang ditekan hingga ke bentuk cairan
Tersedia dalam berbagai ukuran dari 2.5 lb (1.1 kg) hingga 20 lb (9 kg)
Daya / kuat pancaran : 5 – 8 ft atau 1.5 – 2.4 m
Waktu pancaran :  8 – 30 detik
Unit kecil dilengkapi dengan sungkup pancar (horn)
Jenis beroda (wheeled) 
Ukuran : 50 – 100 lb atau 22.6 – 45.4 kg
Daya pancaran   :  3 – 10 ft atau 0.9 – 3 m
Waktu pancaran : 10 - 30 detik  

3.1.3 Kimia Kering (Dry Chemical)
Pada awalnya, Dry Chemical dikembangkan dengan bahan baku dasar BORAX dan Sodium Bicarbonat. Yang sejenis dengan bahan baku Dry Powder Akan tetapi kenyataannya sama saja kegunaanya baik DP maupun DC, Sodium Bicarbonat lebih banyak digunakan dan dijadikan standar karena aplikasinya yang lebih effektif.

Pada akhir tahun 1950 baru diperkenalkan jenis DC baru dengan bahan dasar Potassium Bicarbonat dan Ammonium Posfat. Nama dagang Potassium Bicarbonat dikenal dengan nama “PURPLE K”.

Tidak berapa lama kemudian muncul media DC baru dengan sebutan “SUPER K” yang berbahan dasar Potassium Klorida dan mempunyai keeffektifan yang setara dengan “PURPLE K’.

Pada akhir tahun 1960, Inggris berhasil mengembangkan UREA-Potassium Bicarbonat sebagai bahan dasar DC yang mempunyai ke-effektif-an lebih baik. Produk ini dikenal dengan sebutan “MONNEX”. Keunggulan produk ini adalah dari kecepatan proses pemadaman serta mengurangi tingkat kerusakan terhadap peralatan.

3.1.4 Busa (Foam)
Foam pada umumnya terbentuk dari golakan air yang bercampur dengan sedikit persentase foam konsentrat serta udara. Secara prinsip foam akan menutupi permukaan liquid yang terbakar dan menggunakan mekanisme pemadaman dengan sistem Pendinginan dan Penyelimutan serta mencegah proses REGNITION akibat percampuran uap gas dengan udara.

Khusus untuk pemadaman kebakaran tangki, aplikasi foam harus terus-menerus serta disesuaikan dengan rate yang dibutuhkan hingga semua permukaan tangki terselimuti sempurna. Apabila hal ini tidak dipenuhi maka kemungkinan api tidak akan dapat dipadamkan.

Apabila foam diaplikasikan dengan menggunakan Handline / foam nozzle / monitor maka perlu juga diperhatikan faktor kecepatan dan arah angin serta panas yang dihasilkan disekitar permukaan tangki, Oleh karena itu biasanya APPLICATION RATE Foam yang dibutuhkan akan menjadi lebih besar.

Media pemadam foam sangat effektif digunakan :
Untuk memadamkan kebakaran dari cairan yang mengandung uap mudah terbakar.
Untuk memadamkan kebakaran dari genangan cairan mudah terbakar (Surface Fire)
Keefektifan Media APAR Busa (Foam)

Memiliki 2 jenis : 
a. Premixed foam ext à campuran Air dan foam dalam tabung
b. Cartridge-type foam ext. à isi air yg dilewatkan ke container, isi pelet à foam
Kapasitas : 2.5 gallon (9,5 liter)
Cocok digunakan untuk kebakaran kelas A atau B
Waktu discharge : 1 menit
Tekanan : 100 psi or 690 
    Pa (1 psi = 6,9 Pa)
Kuat pancaran : < 9,2 m (30 ft)
Ada yang beroda, dengan kapasitas s/d 125 l (33 gallon)
3.1.5 Tepung Kering (Dry Powder)
Dry powder extinguishing agent pertama kali keluar di pasaran pada akhir tahun 1920. Namun secara potensial baru digunakan pada awal tahun 1950.

Pada awalnya, Dry Powder dikembangkan dengan bahan baku dasar BORAX dan Sodium Bicarbonat. Akan tetapi kenyataannya, Sodium Bicarbonat lebih banyak digunakan dan dijadikan standar karena aplikasinya yang lebih effektif.

Pada akhir tahun 1950 baru diperkenalkan jenis DP baru dengan bahan dasar Potassium Bicarbonat dan Ammonium Posfat. Nama dagang Potassium Bicarbonat dikenal dengan nama “PURPLE K”.

Tidak berapa lama kemudian muncul media DP baru dengan sebutan “SUPER K” yang berbahan dasar Potassium Klorida dan mempunyai keeffektifan yang setara dengan “PURPLE K’.

Pada akhir tahun 1960, Inggris berhasil mengembangkan UREA-Potassium Bicarbonat sebagai bahan dasar DP yang mempunyai ke-effektif-an lebih baik. Produk ini dikenal dengan sebutan “MONNEX”. Keunggulan produk ini adalah dari kecepatan proses pemadaman serta mengurangi tingkat kerusakan terhadap peralatan.

Saat ini, terdapat 3 kriteria jenis Dry powder, yaitu :
1) BC Dry Powder (untuk Kelas B & C)
2) ABC Powder (untuk Kelas A, B dan C)
3) D Powder (untuk Klas D, Chemical Solid)

Adapun ukuran partikel DP bervariasi antara 40-125 mikron dan maksimum 355 mikron. 

1. Powder untuk kelas kebakaran B dan C
Komponen utama dari DP jenis ini dapat berupa Sodium Bicarbonat, Potassium Bicarbonat, Pottassium Sulfat atau Pottasium Clorida. Effisiensi pemadaman ditentukan oleh komposisi Chemical dari Powder dan luas area yang dikover.

Selain terjadinya reaksi De-komposisi, mekanisme lainnya adalah dengan proses Smoothering dan Cooling oleh gas pendorong. Dari hasil uji coba ternyata bahwa media dengan bahan dasar Garam Potassium lebih effisien dibandingkan dengan media berbahan dasar Garam Sodium. Namun garam potassium lebih mahal harganya dibandingkan dengan Garam Sodium.

2. Powder untuk kelas kebakaran A, B, C
Komponen utama dari DP jenis ini adalah Mono Ammonium Phosfat atau Ammonium Sulfat. Effisiensi pemadaman ditentukan dengan ratio persentasi dari Mono Ammonium Posfat dengan luas area specific yang terkover. Dengan kata lain semakin banyak kandungan posfat-nya, maka semakin besar effisiensinya. Namun faktor ekomonis (harga) dalam hal ini juga menjadi lebih mahal dan perlu dipertimbangkan.

3. Powder untuk kelas kebakaran D
Awalnya, kandungan utama dari DP jenis ini terdiri dari beberapa jenis misalnya, Silica, Perlite, Graphite dan lain-lain. Namun pada kenyataanya DP ini memiliki beberapa kelemahan. Melihat kenyataan tersebut maka, dikembangkanlah jenis DP untuk Klas D Fire yang didasarkan atas Sodium Klorida sebagai komponen utamanya dan sangat effektif untuk memadamkan padatan Sodium dan Potasium. Namun, faktor korosifitas yang tinggi adalah merupakan kelemahan utamanya. DP jenis ini, dalam penggunaannya lebih effektif jika disemprotkan dengan kecepatan yang rendah (penaburan) agar proses smoothering merata. 

Dari beberapa jenis DP diatas, kelemahan yang paling dirasakan adalah pada saat “PASCA FIRE” yaitu pada saat proses pembersihan khususnya untuk peralatan listrik atau equipment lainnya. Selain faktor korosifitas yang tinggi juga dirasakan sebagai hal yang banyak dijumpai.
Keefektifan Media APAR Tepung Kering (Dry Powder)
Memiliki 2 jenis : store pressure dan cartridge operated unit
Ukuran tersedia 30 lb (13.6 kg)
Waktu pancaran : 30 – 60 detik
Daya pancaran : 6 – 8 ft (1.8 – 2.4m)
Jenis beroda : 150 – 350 lb (68 - 159 kg)
APAR jenis ini hanya cocok untuk kelas D
Bisa diisi ulang sendiri
Bahan powder harus disesuaikan dengan bahan logam yang diproteksi

3.1.6. Halon (Halongenated Agent)
Media pemadam jenis ini sering juga disebut dengan nama “HALOGENATED AGENT”.
Media ini adalah merupakan senyawa kimia dengan rantai dasar senyawa hidrokarbon dimana salah satu atau lebih atom hidrogen digantikan dengan unsur kimia golongan VIIa dalam sistem konfigurasi Unsur Atom, yaitu : Fluorida (F), Clorine Cl), Bromine (Br) dan Lodine (l).

Ditinjau dari segi karateristik pemadaman maka Halon mempunyai tingkat keeffektifan yang sangat baik. Bahan kimia ini langsung terlibat dalam reaksi pembakaran dimana memutus rantai reaksi oksidasi atau lebih dikenal “CHAIN BREAKING”. Dari ke-tiga unsur halogen tadi, bromida mempunyai tingkat reaktifitas yang lebih cepat dan baik dibandingkan dengan Florine atau Clorine. 

Meskipun media ini sangat effektif namun konsekwensi dari reaksi dekomposisi halon ternyata belakangan jika dikaitkan dengan isu lingkungan sangat merugikan dimana pelepasan unsur Halon dan dibantu dengan sinar ultraviolet dapat menyebabkan terjadinya reaksi berantai terhadap Lapisan Ozon (O3) dan mengakibatkan terjadinya penipisan lapisan OZONOSFER. Potensi suatu senyawa kimia terhadap penipisan lapisan ini disebut dengan istilah Ozon Dipletion Potensial (ODP). Reaksi penipisan ini dapat diuraikan sebagai berikut :

Br’  +  O3         à         O2  +  BrO  (UV)

Seperti diketahui bahwa dalam penggunaannya, halon dapat diaplikasikan sebagai APAR maupun dengan menggunakan sistem Tetap (fixed) yaitu dengan menggunakan sistem Total Flooding. Sistem ini bekerja secara instrumentasi dan terinterkoneksi dengan sistem lain yang adalah di tempat yang diproteksi sehingga untuk waktu tertentu halon Kilang terus menyelimuti semua Ruangan hingga api yang ada padam.
Keefektifan Media Halon (Halongenated Agent) 
Berisi bahan hidrokarbon halogen yang berada dalam bentuk   cairan bertekanan
Jenis halon yang banyak digunakan adalah Halon 1211 & 1301
Tersedia dalam beberapa ukuran dari 1.5 – 22 lb (0.68 – 9.9 kg)
Waktu pancaran adalah 8 – 30 detik
Kuat pancaran : 9 – 15 ft (2.7 – 4.6 m)
Tersedia pula dalam bentuk beroda (wheeled unit), dengan waktu pancar : 30 – 35 detik dan kuat pancaran : 10 – 18 ft

3.2 Keuntungan dan Kerugian Media  Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
3.2.1 Air (Water)
Keuntungan :
1. Mudah dibersihkan, tidak ada problem clean-up
2. Murah untuk re-charged
3. Efektif memadamkan kebakaran kelas A
4. Mudah ditangani
Kerugian :
1. Bahaya digunakan pada kelas lain
2. Relatif berat
3. Perlu anti-freze
4. Maintenance jadi relatif mahal

3.2.2 Carbon Dioksida (C02)
Keuntungan :
1. Efektif untuk kelas B atau C
2. Tidak ada masalah clean-up
3. Tak terkena freezing
4. Bisa ditaruh di luar atau dalam ruang yang tidak dipanasi 
Kerugian :
1. Tidak cocok untuk Kelas A
2. Saat pancaran bisa muncul listrik statis > bisa tersulut atau explosive dan merusak peralatan elektronik yang sensitif 
3. Re-charging memerlukan peralatan dan personil terlatih 

3.2.3 Kimia Kering (Dry Chemical)
Keuntungan :
1. Reaksi cepat khususnya untuk pemadaman kebakaran kelas B
2. Tidak terpengaruh oleh freezing
3. Murah untuk dilakukan re-charged
4. Dapat ditangani sendiri
5. Namun untuk jenis stored pressure penanganan harus oleh orang ahli
Kerugian :
1. Kimia kering reguler tidak efektif untuk kebakaran kelas A
2. Meski mampu untuk pemadaman kelas A, namun kimia kering multi guna belum seefektif air
3. Meninggalkan residu sehingga memerlukan biaya untuk pembersihannya
4. Pada ruangan yang mempunyai peralatan elektronik halus, biaya pembersihan pada kerusakan awal

3.2.4 Busa (Foam)
Keuntungan :
1. Mudah dibersihkan, tidak menimbulkan residu
2. Kerusakan yang ditimbulkan sedikit
3. Murah untuk re-charged dan dapat dilakukan oleh orang       dalam dengan pelatihan
4. Relatif ringan
5. Dapat mengatasi kebakaran klas B untuk mencegah ignition
Kerugian :
1. Hanya untuk klas A & B, bahaya bila digunakan untuk klas lain (C atau D)
2. Memerlukan anti beku (anti freezing)
3. Maintenance bisa menjadi lebih mahal
4. Relatif berat

3.2.5 Tepung Kering (Dry Powder)
Keuntungan :
1. Reaksi cepat khususnya untuk pemadaman kebakaran kelas B
2. Tidak terpengaruh oleh freezing
3. Murah untuk dilakukan re-charged
4. Dapat ditangani sendiri
5. Namun untuk jenis stored pressure penanganan harus oleh orang ahli
Kerugian :
1. Kimia kering reguler tidak efektif untuk kebakaran kelas A
2. Meski mampu untuk pemadaman kelas A, namun kimia kering multi guna belum seefektif air
3. Meninggalkan residu sehingga memerlukan biaya untuk pembersihannya
4. Pada ruangan yang mempunyai peralatan elektronik halus, biaya pembersihan pada kerusakan awal

3.2.6 Halon (Halongenated agent)
Keuntungan :
1. Memadamkan kebakaran kelas B atau C
2. Ukuran besar bisa memadamkan kelas A
3. Tidak meninggalkan residu, tidak ada masalah 
4. Tidak ada masalah pembekuan (freezing)
5. Kontrol lebih efektif dibandingkan CO2
Kerugian :
1. Unit kecil tidak dapat memadamkan kelas A
2. Harga bahan halon relatif mahal
3. Recharge cost bisa > initial purchase price
4. Merusak lapisan ozon
5. Peraturan pemakaian semakin ketat

Jangan Ketinggalan Info Mengenai : Lowongan Kerja Seputar HSE

BAB V
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Dapat disimpulkan Media Alat Pemadam Api Ringan (APAR) sebagai berikut :
1. Apar dengan media Air (Water) sangat efektif digunakan untuk kelas kebakaran A.
2. Apar dengan media Carbon Dioksida (CO2) sangat efektif digunakan untuk kelas kebakaran B atau C.
3. Apar dengan media Kimia Kering (Dry Chemical) sangat efektif digunakan untuk kelas kebakaran B.
4. Apar dengan media Busa (Foam) sangat efektif digunakan untuk kelas kebakaran A atau B.
5. Apar dengan media Tepung Kering (Dry Powder) sangat efektif digunakan untuk kelas kebakaran D.
6. Apar dengan media Halon (Halongenated agent) sangat efektif digunakan untuk kelas kebakaran B atau C.
7. Diharapkan masyarakat dapat menggunakan APAR agar dapat membantu petugas Pemadam untuk memadamkan kebakaran tersebut.

4.2 SARAN
Adapun saran yang diajukan oleh penulis untuk Media Alat Pemadam Api Ringan (APAR) sebagai berikut :
1. Air (Water) sangat berbahaya karena penghantar listrik yang baik bila digunakan untuk kelas kebakaran C yaitu listrik dapat ke strum / elektrik shock.
2. Carbon Dioksida (CO2) dapat terburai oleh udara bebas dan dapat menyebabkan Toksik bagi Pemadam.
3. Kimia Kering (Dry Chemical) meninggalkan residu serta memerlukan pembersihan lingkungan.
4. Busa (Foam) memerlukan anti beku agar foam mencegah proses Regnition akibat percampuran uap gas dan udara.
5. Tepung Kering (Dry Powder) terjadi lembab serta tepung terjadi penggumpalan.
6. Halon (Halongenated agent) dapat merusak lapisan ozon sehingga jarang  digunakan pada saat pemadaman kebakaran.

Demikianlah artikel mengenai Paper Mengenai APAR / Alat Pemadam Api Ringan - Akamigas Balongan. tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan karena terbatasnya pengetahuan, referensi dan rujukan yang kami peroleh. Kami berharap agar pembaca sekalian memberikan kritik dan masukannya di kolom komentar untuk membangun kami kedepannya menjadi yang lebih baik lagi. Semoga artikel ini bermanfaat, wassalamualaykum warahmatullahi wabarakatu.
Sandiok
Sandiok QHSE Officer PT. Nindya Karya | D3 Fire and Safety of Balongan Oil and Gas Academy

Posting Komentar untuk "PAPER MENGENAI APAR"